Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi
<p> </p> <div style="border: 1px #499015 dotted; padding: 10px; background-color: #f8f9f8; text-align: left;"> <ol> <li>Journal Title: <a href="https://ejournal.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi">Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia</a></li> <li>Initials: JPFI</li> <li>Frequency: June & December</li> <li>p-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1344675184">2302-187X</a></li> <li>e-ISSN: <a href="https://issn.lipi.go.id/terbit/detail/1547174218">2656-3614</a></li> <li>Status: Nasional Terakreditasi Sinta 5</li> <li>Editor in Chief: <a href="https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57188652721">Ihsan Ikhtiarudin</a>, M.Si</li> <li>Publisher: Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau</li> </ol> </div> <p style="text-align: left;"><img style="margin-left: 8px; margin-right: 15px; box-shadow: 2px 2px 2px gray; float: left;" src="https://ejournal.stifar-riau.ac.id/public/site/images/0js/cover-keciljpfi.png" alt="" width="150" height="210" /></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia</strong> adalah publikasi ilmiah berkala yang terbit dua kali dalam satu tahun (Juni dan Desember) dan menggunakan sistem peer-review dalam seleksi makalah. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia menerima naskah publikasi tentang hasil penelitian, survei dan telaah pustaka yang erat kaitanya dengan bidang kefarmasian dan kesehatan, seperti: Biologi Farmasi/Farmasi Bahan Alam/Kimia Bahan Alam, Farmakologi, Farmasi Klinik, Teknologi Farmasi, Kimia Farmasi, Kimia Medisinal, Sintesa Obat, dan bidang Ilmu lain yang berhubungan dengan kefarmasian dan kesehatan. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia telah terakreditasi<strong> Sinta 5</strong> (2020-2024) oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi,Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia No. 204/E/KPT/2022.</p>Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riauen-USJurnal Penelitian Farmasi Indonesia2302-187XPROFIL INKOMPATIBILITAS SEDIAAN OBAT INTRAVENA PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT di RS ‘X’ SEMARANG
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1757
<p>Sediaan intravena pada pasien <em>Intensive Care Unit (</em>ICU<em>)</em> tidak jarang diberikan secara bersamaan sehingga dilakukan pencampuran sediaan parenteral (<em>iv admixture</em>). Pencampuran sediaan intravena memiliki beberapa kekurangan, salah satunya adalah kemungkinan terjadinya inkompatibilitas obat. Inkompatibilitas adalah suatu reaksi yang tidak diinginkan yang dapat mengubah stabilitas kimia, fisika, maupun terapeutik dari suatu sediaan obat. Inkompatibilitas campuran obat intravena adalah penyebab umum kesalahan medis, berkontribusi pada terapi yang tidak efektif dan bahkan kejadian yang mengancam jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien yang menerima terapi obat intravena dan profil inkompatibilitas sediaan obat intravena yang diberikan bersamaan pada pasien ICU RS di Semarang periode Januari – Juni tahun 2022. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan pada rekam medis dan catatan pemberian obat/ <em>flowsheet </em>pasien yang dirawat di ruang ICU RS di Semarang yang mendapatkan sediaan intravena selama bulan Januari – Juni 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah retrospektif dengan teknik sampling <em>purposive sampling</em>, kemudian dianalisis secara deskriptif non analitik. Hasil penelitian menunjukkan pasien di ruang ICU di Semarang yang mendapat terapi sediaan intravena ada 49 orang, Persentase kelompok usia pasien terbanyak yang dirawat di ICU adalah laki-laki usia >65 tahun 20,41%. Profil inkompatibilitas sediaan intravena yang diberikan secara bersamaan diklasifikasikan sebagai inkompatibel (I) sebesar 7,37%, kompatibel (K) sebesar 43,11%, <em>no information </em>(NI) sebesar 47,81%, <em>not clear</em> (NC) sebesar 0,81%, dan <em>no recommendation</em> (NR) sebesar 0,89%.</p> <p>Intravenous preparations in Intensive Care Unit (ICU) patients are often given simultaneously, so parenteral preparations are mixed (iv admixture). Mixing intravenous preparations has several drawbacks, one of which is the possibility of drug incompatibility. Incompatibility is an unwanted reaction that can change the chemical, physical, or therapeutic stability of a drug preparation. Incompatibility of intravenous drug mixes is a common cause of medical errors, contributing to ineffective therapy and even life-threatening events. This study aims to determine the characteristics of patients receiving intravenous drug therapy and the incompatibility profiles of intravenous drug preparations given simultaneously to ICU RS patients in Semarang for the period January - June 2022. This research was conducted with medical record document data and medication administration records/flowsheets of patients who received treated in the ICU room of a hospital in Semarang who received intravenous preparations from January to June 2022. The research method used was retrospective with a purposive sampling technique, then analyzed descriptively non-analytically. The results showed that there were 49 patients in the ICU room in Semarang who received intravenous drug therapy. The highest percentage of patients in the ICU age group were men aged > 65 years, 20.41%. The incompatibility profile of intravenous preparations given simultaneously was classified as incompatible (I) of 7.37%, compatible (K) of 43.11%, no information (NI) of 47.81%, not clear (NC) of 0.81 %, and no recommendation (NR) of 0.89%.</p>
Copyright (c) 2023 Maria Caecilia Setiawati, Siti Munisih, Mishanah
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-30122606410.51887/jpfi.v12i2.1757GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA NON KESEHATAN TENTANG PROGRAM CEK KLIK DI KOTA PEKANBARU
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1745
<p>Menurut Siaran Pers <em>publicwarning</em> 2018 Badan Pengawas Obat dan Makanan menemukan 7 obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat, dan pada tahun 2021 BPOM kembali mengeluarkan publicwarning didapat 53 obat tradisional mengandung BKO. Berdasarkan studi penelitian terdahulu, diketahui banyaknya masyarakat menggunakan obat tradisional dan banyaknya penemuan BKO pada obat tradisional. Salah satu upaya BPOM dalam pengawasan serta perlindungan konsumen terhadap peredaran obat tradisional tidak berizin yaitu dengan menghadirkan program Cek KLIK melalui aplikasi BPOM <em>Mobile </em>pada <em>smartphone</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa non kesehatan tentang program Cek KLIK melalui aplikasi BPOM <em>Mobile </em>pada obat tradisional di Kota Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian <em>cross sectional</em> melalui pengisian kuesioner <em>online</em>. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara non probability sampling dengan metode <em>purposive sampling</em>. Sampel yang menjadi penelitian ini adalah sebanyak 180 responden yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu mahasiswa non kesehatan yang bersedia menjadi responden. Hasil yang disajikan dalam penelitian ini adalah jumlah dan persentase responden yang mengetahui program Cek KLIK melalui BPOM <em>Mobile </em>adalah sebanyak 59,4% dan yang sudah menginstal aplikasi BPOM <em>Mobile </em>adalah sebanyak 14,4 %, jumlah dan persentase tingkat pengetahuan dari responden yang mengetahui yaitu mahasiswa non kesehatan yang memiliki pengetahuan tinggi adalah sebanyak 2,8%, mahasiswa non kesehatan yang memiliki pengetahuan cukup adalah sebanyak 29,0%, dan mahasiswa non kesehatan yang memiliki pengetahuan rendah adalah sebanyak 68,2%.</p> <p>Press Release Publicwarning the National Agency of Drug and Food Control found seven traditional medicines containing medicinal chemicals, and in 2021 National Agency of Drug and Food Control again issued a public warning that 53 traditional medicines contain medicinal chemicals. Based on previous research studies, it is known that many people use traditional medicine, and the number of findings of BKO in traditional medicine. One of National Agency of Drug and Food Control's efforts in supervising and protecting consumers against the circulation of unlicensed traditional drugs is by presenting the Cek Klik program through the BPOM Mobile on smartphones. This study aims to describe the knowledge of non-health students about the Cek Klik program through the BPOM Mobile on traditional medicine in Pekanbaru City. This research observational is a descriptive cross-sectional through filling online. The sampling technique in this study was carried out by non-probability sampling with a purposive sampling method. The sample in this study was 180 respondents who met the inclusion criteria, namely non-health students who were willing to become respondents. The results presented in this study are the number and percentage of respondents who know about the Cek Klik program through BPOM Mobile as many as 59.4% and those who have installed the BPOM Mobile are 14.4 %, the number and percentage of knowledge levels of respondents who know are students Non-health students who have high knowledge are 2.8%, non-health students who have sufficient knowledge are 29.0%, and non-health students who have poor knowledge are 68.2%.</p>
Copyright (c) 2023 Ratna Sari Dewi, Mulyani Mulyani, Erniza Pratiwi
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-30122656810.51887/jpfi.v12i2.1745EVALUASI WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1815
<p>Waktu tunggu merupakan salah satu standar minimal pelayanan farmasi di rumah sakit. Waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu mulai dari pasien menyerahkan resep kepada petugas farmasi sampai pasien menerima obat dari petugas farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa resep non racikan 15-30 menit dan resep racikan 30-60 menit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode observasi dengan tujuan mendapatkan data waktu tunggu pelayanan resep bagi pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin. Data yang diperoleh berupa waktu tunggu pelayanan resep yang kemudian di analisis menggunakan <em>Microsoft Excel. </em>Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin untuk rata-rata resep non racikan 22 menit 42 detik, sedangkan rata-rata resep racikan 34 menit 10 detik. Dapat disimpulkan bahwa waktu tunggu pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin sudah sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019.</p> <p>Lay time is one of the minimum standards for pharmacy services in hospitals. Lay time for prescription service is the time period from when the patient submits the prescription to the pharmacist until the patient receives the drug from the pharmacist. According to the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 4 of 2019 concerning Minimum Hospital Service Standards, non-concoction prescriptions take 15-30 minutes and concoction prescriptions 30-60 minutes. This research is a descriptive study using the observation method with the aim of obtaining lay time data for prescription services for outpatients at the Pertamina Bintang Amin Hospital Pharmacy Installation. The data obtained is lay time for prescription service which is then analyzed using microsoft excel. The results showed that prescrition services at the Pertamina Bintang Amin Hospital Pharmacy Installation for non-concoction prescription were 22 minutes 42 seconds, while concoction prescriptions were 34 minutes 10 seconds. It can be concluded that the lay time for prescription services at the Pertamina Bintang Amin Hospital Pharmacy Installation is in accordance with the minimum service standards stipulated by Decree of the Minister of Health Number 4 of 2019.</p>
Copyright (c) 2023 Ardiansyah Ardiansyah, Eka Fitriani, Martianus Perangin Angin
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-30122697610.51887/jpfi.v12i2.1815AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK n-HEKSANA DAUN TAMPA BADAK (Voacanga foetida (Blume) Rolfe) PADA SEL KANKER PAYUDARA T47D
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1748
<p>Tampa badak (<em>Voacanga foetida </em>(Blume) Rolfe) merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di Indonesia dari keluarga Apocynaceae yang berpotensi sebagai obat kanker darah, paru dan serviks. Belum ada pengujian aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara untuk itu perlu dilakukan uji sitotoksisitas ekstrak <em>n-</em>heksana daun tampa badak yang diuji secara <em>in vitro </em>pada sel kanker payudara T47D untuk mengetahui efek sitotoksik dengan metode MTT <em>Assay</em>. Sel kanker payudara T47D diberi perlakuan dengan 5 seri konsentrasi ekstrak 0,1; 0,5; 1; 5; dan 10 µg/mL dan diinkubasikan selama 24, 48 dan 72 jam. Parameter yang diukur adalah nilai IC<sub>50</sub>. Hasil uji MTT <em>Assay</em> menunjukkan bahwa nilai IC<sub>50 </sub>ekstrak <em>n</em>-heksana terhadap sel kanker T47D pada waktu 24, 48 dan 72 jam masing-masing sebesar 1,42; 0,19 dan 0,81 μg/mL. Hasil uji efek terbaik pada waktu 48 jam dengan IC<sub>50 </sub>0,19 μg/mL. Hasil uji analisa <em>Two Way</em> ANOVA menyatakan bahwa terdapat perbedaan persen viabilitas terhadap waktu inkubasi (p*<0,05) dimana waktu inkubasi 48 jam berbeda secara signifikan dengan waktyu inkubasi 24 dan 72 jam, dimana waktu inkubasi terbaik adalah 48 jam dan terdapat perbedaan konsentrasi terhadap persen viabilitas (p*<0,05), dimana terdapat perbedaan konsentrasi 0,1 dengan konsentrasi 0,5; 1; 5; dan 10 μg/mL, dimana konsentrasi terbaik dalam menurunkan persen viabilitas adalah 0,5 μg/mL.</p> <p>Tampa badak<em> (Voacanga foetida </em>(Blume) Rolfe) is a plant found in Indonesia from the Apocynaceae family which has the potential as a cure for blood, lung and cervical cancer. There has been no anticancer activity testing against breast cancer cells, for that it is necessary to test the cytotoxicity of <em>n-hexane</em> extract of rhinoceros tampa leaves tested in vitro on T47D breast cancer cells to determine the cytotoxic effect with the MTT Assay method. T47D breast cancer cells were treated with 5 series of 0.1 extract concentration; 0,5; 1; 5; and 10 μg/mL and incubated for 24, 48 and 72 hours. The measured parameter is the IC<sub>50</sub> value. The results of the MTT Assay test showed that the IC<sub>50</sub> value <em>of n-</em>hexane extract against T47D cancer cells at 24, 48 and 72 hours was 1.42; 0.19 and 0.81 μg/mL, respectively. The best effect test results within 48 hours with IC<sub>50</sub> 0.19 μg/mL. The results of the Two Way ANOVA a<em>nalysis test </em> stated that there was a difference in percent viability to incubation time (p*<0.05) where the incubation time of 48 hours was significantly different from the incubation time of 24 and 72 hours, where the best incubation time was 48 hours and there was a difference in concentration to percent viability (p*<0.05), where there was a difference in concentration of 0.1 with a concentration of 0.5; 1; 5; and 10 μg/mL, where the best concentration in lowering percent viability is 0.5 μg/mL.</p>
Copyright (c) 2023 Adriani Susanty, Soleha Ulfa Rahim
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-30122778210.51887/jpfi.v12i2.1748PENGARUH PEMBERIAN INFUSA TUMBUHAN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP KADAR GULA DARAH MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) JANTAN YANG DIINDUKSI GLUKOSA
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1836
<p>Tumbuhan ciplukan (<em>Physalis angulata </em>L.) merupakan tumbuhan yang secara tradisional digunakan masyarakat sebagai tanaman obat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian infusa tumbuhan ciplukan (<em>Physalis angulata </em>L.) terhadap kadar gula darah mencit (<em>Mus musculus </em>L.) jantan yang diinduksi glukosa menggunakan metode Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Hewan percobaan dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol normal hanya diberikan akuades, kelompok kontrol positif diberi metformin dengan dosis 65 mg/KgBB, kelompok perlakuan diberi sediaan infusa tumbuhan ciplukan (<em>Physalis angulata </em>L.) dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%. Setelah masing-masing hewan uji diberi perlakuan 30 menit kemudian diberi glukosa 2 g/KgBB secara oral. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah mencit pada menit ke-30, 60 dan 120. Hasil penelitian yang dianalisa menggunakan uji statistik ANOVA dua arah menunjukkan bahwa infusa tumbuhan ciplukan (<em>Physalis angulata </em>L.) berpengaruh menurunkan kadar glukosa darah pada hewan percobaan dibandingkan dengan kontrol positif metformin.</p> <p>The ciplukan plant (<em>Physalis angulata</em> L.) is a plant that is traditionally used by the community as a medicinal plant to reduce blood glucose levels. This study aims to see the effect of ciplukan plant infusa (<em>Physalis angulata</em> L.) on blood sugar levels of glucose-induced male mice (Mus <em>musculus</em> L.) using the Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) method. Experimental animals were divided into 5 groups. The normal control group was only given distilled water, the positive control group was given metformin at a dose of 65 mg/KgBB, the treatment group was given ciplukan plant infusa preparation (<em>Physalis angulata</em> L.) with concentrations of 10%, 20% and 30%. After each test animal was treated for 30 minutes, glucose 2 g/KgBB was given orally. The results of the study analysed using two-way ANOVA statistical test showed that the infusion of ciplukan plant (<em>Physalis angulata</em> L.) had the effect of reducing blood glucose levels in experimental animals compared to the positive control of metformin<strong>.</strong></p>
Copyright (c) 2023 Mira Febrina, Riani Hidayah, Meliza Novitasari
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-30122838710.51887/jpfi.v12i2.1836PENGARUH VARIASI KONSENTRASI CETIL ALKOHOL TERHADAP KRIM EKSTRAK BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1830
<p>Buncis (<em>Phaseolus vulgaris </em>L.) merupakan tanaman polong-polongan yang banyak digemari masyarakat indonesia karena banyak manfaatnya. Salah satunya mengandung senyawa antioksidan yang cocok digunakan sebagai bahan aktif krim wajah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi cetil alkohol yang berbeda terhadap sifat fisik krim. Cetil alkohol merupakan salah satu bahan berfungsi sebagai emulgator yang dapat mengurangi tegangan antar muka antara minyak dan air serta dapat meningkatkan viskositas sediaan krim. Pengujian sifat fisik krim meliputi organoleptik, pH, jenis krim, dan daya sebar. Dalam penelitian ini, sifat fisik dari masing-masing formulasi diuji dan mendapatkan hasil uji organoleptik ketiga formula berwarna putih, aroma mawar, dan bentuk F1, F2, F3 (tidak terlalu kental, kental, sangat kental). Pada uji keseragaman, ketiga formula menunjukkan komposisi yang beragam. Pada hasil uji pH F1, F2, F3 (7,48; 7,51; 7,68). Pada uji daya sebar dengan beban 50 gram F1, F2, F3 (4,07; 3,23; 3,00), beban 100 gram F1, F2, F3 (4,47; 3,70; 3,43), beban 150 gram F1, F2, F3 (4,97; 4,43; 4,36), beban 200 gram F1, F2, F3 (5,50; 5,16; 5,00). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak buncis dengan variasi konsentrasi cetil alkohol berpengaruh terhadap karakteristik fisik krim ekstrak buncis meliputi organoleptis, pH, dan daya sebar, tetapi tidak berpengaruh terhadap homogenitas dan tipe krim.</p> <p>Buncis (<em>Phaseolus vulgaris</em> L.) is a legume plant that is popular with Indonesian people because of its many benefits. One of them contains antioxidant compounds which are suitable for use as active ingredients in facial creams. This research aims to determine the effect of different cetyl alcohol concentrations on the physical properties of cream. Cetyl alcohol is one of the ingredients that functions as an emulsifier which can reduce the interfacial tension between oil and water and can increase the viscosity of cream preparations. Testing the physical properties of cream includes organoleptics, pH, type of cream, and spreadability. In this research, the physical properties of each formulation were tested and obtained organoleptic test results for the three formulas, white in color, rose aroma, and forms F1, F2, F3 (not too thick, thick, very thick). In the uniformity test, the three formulas showed varying compositions. In the pH test results of F1, F2, F3 (7.48; 7.51; 7.68). In the spreading power test with a load of 50 grams F1, F2, F3 (4.07; 3.23; 3.00), a load of 100 grams F1, F2, F3 (4.47; 3.70; 3.43), a load of 150 grams F1, F2, F3 (4.97; 4.43; 4.36), load 200 grams F1, F2, F3 (5.50; 5.16; 5.00). So it can be concluded that the preparation of chickpea extract cream with varying cetyl alcohol concentrations has an effect on the physical characteristics of chickpea extract cream including organoleptics, pH, and spreadability, but does not affect the homogeneity and type of cream.</p>
Copyright (c) 2023 Huriyyah Nabilah Manna, Fitria Abbas Thalib
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-30122889310.51887/jpfi.v12i2.1830FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR SABUN CAIR KEWANITAAN EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP Candida albicans
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1843
<p>Keputihan merupakan salah satu gejala infeksi saluran reproduksi yang sering dialami oleh wanita. Sebanyak 85-95% penyebab keputihan adalah <em>Candida albicans</em>. Daun Ketepeng Cina (<em>Cassia alata </em>L<em>.</em>) mengandung zat aktif kuinon yang berkhasiat sebagai antijamur, salah satunya jamur <em>Candida albicans</em>. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memformulasikan sediaan sabun cair kewanitaan ekstrak etanol daun ketepeng cina dan mengetahui aktivitas antijamur sediaan sabun cair kewanitaan ekstrak etanol daun ketepeng cina terhadap <em>Candida albicans.</em> Penelitian ini terdiri dari proses ekstraksi dengan metode maserasi, formulasi sediaan (F1 5%, F2 7%, dan F3 10%), evaluasi fisik sediaan dan uji aktivitas antijamur dengan metode sumuran. Hasil evaluasi sediaan menunjukkan sabun cair kewanitaan ekstrak etanol daun ketepeng cina berwarna hijau, bau khas daun ketepeng cina, berbentuk cair, homogen, busa stabil, pH 4,3, viskositas telah memenuhi syarat SNI 06-4085-1996 serta tidak menimbulkan iritasi pada mencit betina. Hasil uji aktivitas menunjukkan semua formula memiliki aktivitas antijamur <em>Candida albicans, </em>F1 dengan diameter zona hambat 9,7 mm, F2 10,7 mm, F3 11,7 mm dan kontrol positif (Nystatin) diperoleh zona hambat 10,7 mm. Sediaan sabun cair kewanitaan ekstrak etanol daun ketepeng cina konsentrasi 10% memberikan aktivitas paling tinggi terhadap penghambatan antijamur dengan kategori kuat jika di bandingkan kontrol positif dan konsentrasi lainnya.</p> <p>Leucorrhoea is a symptom of a reproductive tract infection that is often experienced by women. As much as 85-95% of the cause of vaginal discharge is <em>Candida albicans</em>. Ketepeng cina leaves (<em>Cassia alata</em> L.) contain quinone active substances which are efficacious as antifungals, one of which is <em>Candida albicans</em> fungus. The purpose of this study was to determine the formulation of the female liquid soap preparation of ethanol extract of ketepeng cina leaves and to determine the antifungal activity of the female liquid soap preparation of ethanol extract of ketepeng cina leaves against <em>Candida albicans</em>. This study consisted of the extraction process using the maceration method, preparation formulations (F1 5%, F2 7%, and F3 10%), physical evaluation of the preparation and antifungal activity test using the well method. The results of the preparation evaluation showed that the female liquid soap with ethanol extract of ketepeng cina leaves was green in color, had a characteristic odor of ketepeng cina leaves, was in liquid form, homogeneous, stable foam, pH 4.3, viscosity met SNI 06-4085-1996 requirements and did not cause irritation to female mice. The activity test results showed that all formulas had <em>Candida albicans</em> antifungal activity, F1 with an inhibition zone diameter of 9.7 mm, F2 10.7 mm, F3 11.7 mm and positive control (Nystatin) obtained an inhibition zone of 10.7 mm. Feminine liquid soap preparation of ethanol extract of ketepeng cina leaves at a concentration of 10% gave the highest activity against antifungal inhibition in the strong category when compared to positive controls and other concentrations.</p>
Copyright (c) 2023 Nurani Irania Putri, Richa Mardianingrum, Susanti
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-301229410310.51887/jpfi.v12i2.1843PENGARUH TEKNIK LIQUISOLID MENGGUNAKAN TRANSCUTOL® HP TERHADAP DISOLUSI ASAM FENOFIBRAT
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1905
<p>Kelarutan merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi ketersediaan hayati obat. Obat-obatan dengan kelarutan yang rendah membutuhkan dosis tinggi untuk mencapai konsentrasi oral terapeutik. Asam fenofibrat adalah obat yang memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan permeabilitas yang tinggi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah kelarutan adalah dengan teknik <em>liquisolid</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik <em>liquisolid</em> asam fenofibrat terhadap disolusinya. Formulasi dengan teknik <em>liquisolid</em> dibuat dengan jenis dan jumlah yang bervariasi menggunakan pelarut Transcutol® HP, bahan pembawa Neusilin® US2 serta bahan penyalut Aerosil® 200. Formulasi <em>liquisolid</em> dibuat dengan perbandingan 1:4 (F1); 1:8 (F2); dan 1:12 (F3). Formulasi terbaik kemudian dilihat dari faktor Hausner, kompresibilitas, porositas, kecepatan alir, sudut istirahat dan uji disolusi. Hasil evaluasi menunjukkan adanya perubahan bentuk mikroskopis liquisolid asam fenofibrat dan perbedaan terhadap hasil evaluasi dan disolusi antar formula. Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA menunjukkan asam fenofibrat yang dibuat dengan teknik liquisolid dapat meningkatkan laju disolusi dibandingkan dengan asam fenofibrat murni. Berdasarkan hasil semua evaluasi, formulasi terbaik dengan peningkatan disolusi paling tinggi adalah F3, dengan nilai ED<sub>60</sub> = 83,2%.</p> <p>Solubility is one of the parameters that can influence the bioavailability of drugs. Drugs with low solubility require high doses to achieve therapeutic oral concentrations. Fenofibric acid is a drug that has low solubility and high permeability. One way to overcome the solubility problem is with the liquisolid technique. This research aims to determine the effect of the fenofibric acid liquisolid technique on its dissolution. Formulations using the liquisolid technique are made in varying types and quantities using Transcutol® HP as solvent, Neusilin® US2 as carrier material and Aerosil® 200 as coating material. Liquid formulations are made in a ratio of 1:4 (F1); 1:8 (F2); and 1:12 (F3). The best formulation is based on the Hausner factor, compressibility, porosity, flow properties, angle of repose and dissolution test. The evaluation results showed changes in the microscopic shape of the liquisolid fenofibric acid and differences in evaluation and dissolution results between formulas. Based on the results of the ANOVA statistical test, it show that fenofibric acid made using the liquisolid technique can increase the dissolution rate compared to pure fenofibric acid. Based on the results of all evaluations, the best formulation with the highest dissolution increase is F3, with an ED<sub>60</sub> value = 83.2%.</p>
Copyright (c) 2023 Wira Noviana Suhery, Nofriyanti Nofriyanti, Annisa Permatasari
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-3012210411010.51887/jpfi.v12i2.1905AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KADAR TOTAL FENOLIK DALAM MINYAK ATSIRI BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.)
http://ejournal2.stifar-riau.ac.id/index.php/jpfi/article/view/1807
<p>Pala merupakan rempah dengan berbagai macam manfaat yang digunakan oleh masyarakat dan bernilai ekonomi tinggi. Biji pala mengandung berbagai macam senyawa, salah satunya adalah fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan. Antioksidan dapat menurunkan laju reaksi oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Biji pala dapat diolah menjadi minyak atsiri dengan destilasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekuatan aktivitas antioksidan dan kadar total fenolik dalam minyak atsiri biji pala. Teknik destilasi air dengan menggunakan destilasi Stahl dilakukan untuk mengisolasi minyak atsiri dalam biji pala. Kekuatan aktivitas antioksidan diuji dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil), sedangkan kadar total fenolik ditetapkan dengan menggunakan metode kolorimetri dengan reagen Folin Ciocalteu. Isolasi minyak atsiri biji pala menghasilkan rendemen sebesar 6,49 %. Minyak atsiri biji pala mengandung total fenolik sebesar 55,36 ± 0,38 mg GAE/g dan memiliki nilai IC<sub>50 </sub>sebesar 116,47 µg/mL sehingga kekuatan aktivitas antioksidan sedang.</p> <p>Nutmeg is a spice with various benefits that is used by the community and has high economic value. Nutmeg seeds contain various compounds, one of which is phenolic which has antioxidant activity. Antioxidants can reduce the rate of oxidation reactions caused by free radicals. Nutmeg seeds can be processed into essential oil by distillation. The purpose of this study was to determine the strength of antioxidant activity and total phenolic content in nutmeg seed essential oil. Water distillation technique using Stahl distillation was carried out to isolate the essential oil in nutmeg. The strength of the antioxidant activity was tested using the DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) method, while the total phenolic content was determined using the colorimetric method with Folin Ciocalteu reagent. The isolation of nutmeg essential oil yielded a yield of 6.49%. Nutmeg seed essential oil contains a total phenolic of 55.36 ± 0.38 mg GAE/g and has an IC<sub>50</sub> value of 116.47 µg/mL so that the antioxidant activity is moderate.</p>
Copyright (c) 2023 Melany Lorina Feninlambir, Ellsya Angeline Rawar, Novena Adi Yuhara
https://creativecommons.org/licenses/by/4.0
2023-12-302023-12-3012211111610.51887/jpfi.v12i2.1807